Anomali Laptop Asus E202 dan SSD Samsung

Posting ini tidak diberi judul troubleshooting seperti tulisan lainnya, karena memang tidak (belum) ditemukan pemecahan masalah yang terjadi pada pasanagan Asus E202 dan SSD Samsung 🙂 Yang penting bisa jalan dan dipakai saja lah. Itu sudah cukup.

Tersebutlah salah satu laptop yang pernah saya pegang merupakan seri subnotebook dari Asus, yakni Asus Vivobook E202. Seri ini merupakan lanjutan dari seri serupa dari Asus yang cukup populer, yakni Asus X200. Laptop seri ini diusung dalam bentuk notebook dengan layar ukuran 12″ – atau 11.6″ lebih tepatnya – dengan desain tipis dan ringan dibawa.

Pada Asus E202SA yang saya pakai, digunakan processor Intel Celeron N3060, dengan RAM bawaan 2GB DDR3, dan Harddisk SATA 500GB. Dengan konfigurasi seperti itu, maka notebook ini dinilai cukup untuk keperluan sehari-hari yang ringan, seperti browsing, streaming, dan pekerjaan administratif/clerical, seperti menyusun dokumen, mengedit spreadsheet, atau membuat presentasi.

Karena storage bawaannya masih menggunakan harddisk, pada saat Windows 10 dipasang dan digunakan pada laptop tersebut, sangat terasa lambatnya. Ditilik dari Task Manager, terdapat bottleneck pada akses harddisk, apalagi pada saat booting, update Windows, dan membuka aplikasi pertama kali.

Dengan kondisi seperti itu, maka terbersit keinginan untuk membuat Windows 10 dapat beroperasi secara lebih manusiawi pada laptop ini. Maksudnya sih, supaya gak terasa lambat. Karena RAM juga tidak bisa di-upgrade, maka peningkatan storage menjadi pilihan, yakni dengan mengupgrade HDD menjadi SSD.

Tersebutlah ada SSD bermerk Samsung berkapasitas 128GB yang nganggur. Sebagai merk yang cukup populer di kalangan pengguna SSD, saya pikir Samsung pasti memberikan performa yang baik dan tidak ada masalah kompatibilitas dengan laptop ini. Untuk mempersiapkan penggunaan SSD ini, maka dilakukan proses transfer data dan Sistem Operasi dengan tool lain, yang meminimalisir kegiatan install ulang di SSD.

Setelah sukses memindah sistem operasi dan data dari HDD ke SSD, maka saya bongkarlah laptop Asus tersebut dan memasang SSD-nya. Setelah SSD terpasang, laptop saya nyalakan, dan hasilnya, muncul tampilan “No Bootable Device Detected“. Waduh 🙁

Dicarilah dan dilakukanlah berbagai macam cara, sebagaimana juga disarankan di artikel ini, dan hasilnya :

  • Mengubah sistem partisi dari MBR ke GPT UEFI, hasilnya tetap No Bootable Device Detected
  • Menginstall ulang Windows 10 dari installer eksternal (DVD dan Flashdisk), dengan memformat ulang SSD, tapi SSD tidak terdeteksi oleh installer
  • Melakukan transfer ulang Sistem Operasi dari HDD lama, dan setelah dipasang hasilnya tetap No Bootable Device Detected

Kemudian saya coba dengan SSD merk lain. Ternyata sukses, bisa dipasang dan digunakan di laptop tersebut. Setelah itu saya coba lagi dengan SSD Samsung yang dipersiapkan sebelumnya. Masih tetap tidak bisa digunakan.

Setelah baca-baca dan Googling, serta eksperimen berbagai macam saran dari artikel di internet, sampailah pada kesimpulan, lebih baik pakai SSD merk lain yang jelas bisa dipakai di laptop tersebut. Meskipun ada beberapa saran dari artikel ini, untuk meng-update BIOS, mengganti versi Windows installer, atau mencoba kloning dengan berbagai Tools, hasilnya tetap saja : SSD Samsung tidak bisa digunakan di Laptop Asus E202SA punya saya.

Ya sudahlah, saya ganti SSD Samsung tersebut dengan merk lain, dan it works flawlessly. Laptop Asus E202SA yang saya gunakan akhirnya bisa –sedikit– lebih lega karena tidak lagi terkena bottleneck HDD. Jadi lebih lancar lah. Kesimpulannya sih, inti masalahnya tidak teratasi, tapi ada solusi pengganti yang lebih hemat waktu, yakni ya ganti merk SSD-nya saja. Beres 🙂

Anyway, fitur yang saya suka dari subnotebook semacam ini adalah, bentuknya yang ringkas, ringan (sekitar 1 kg), baterai tahan lama dan keyboard yang cukup enak untuk mengetik. Jadi memang cocok untuk dibawa kemana-mana dan mengerjakan tugas sebatas browsing, nonton, mengetik atau bikin presentasi.

Referensi